Sonar.id: Sexual Education Platform, Disability-Friendly and Adaptive to the Megatrend Era, With Sibimicroteaching, Animation Videos, and Bilingual
Kata Kunci:
Pendidikan seksual, Sonar.Id, DisabilitasAbstrak
KemenPPPA merilis kekerasan seksual masih menempati kasus kekerasan tertinggi di Indonesia dengan jumlah
4.126 kasus per 22 Mei 2023 dari total 9.324 kasus kekerasan yang ada sejak Januari 2023. Fenomena tersebut juga
ditemukan secara langsung melalui wawancara pada korban yang dirahasiakan identitasnya sesuai permintaan
korban. Dalam hal ini, WHO menunjukkan penyandang disabilitas berpeluang 2,9 kali lebih besar untuk mengalami
kekerasan seksual karena dianggap sebagai kelompok yang lemah. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
pengetahuan akan pendidikan seksual. Di sisi lain, era Megatrend menjadi pendorong adanya adaptasi, khususnya
bagi generasi muda, untuk berinovasi memajukan pendidikan yang berkelanjutan, termasuk pendidikan seksual.
Oleh karena itu, penulis mengusulkan inovasi teknologi pembelajaran Sonar.Id sebagai media pembelajaran
pendidikan seksual terutama bagi penyandang disabilitas. Media ini dapat digunakan secara mandiri interaktif
melalui fitur konsultasi, fitur Quiz and Action yang memungkinkan pengguna untuk mengetahui hasil belajar
yang telah dilakukan, serta dilengkapi interactive book berisi kasus kekerasan seksual dalam kehidupan yang
dikemas dalam bentuk cerita berdongeng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode R&D
(Research and Development) untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk. Sonar.Id
dikembangkan dengan menggunakan metode SDLC Prototyping yang selaras dengan konsep Sonar.Id yang
sustainable. Aplikasi ini memiliki fitur unggulan, yakni SIBI-Microteaching, Bisindo Translator, Text Detection,
dan Animated Video yang memfasilitasi pengguna untuk mempelajari pendidikan seksual kapanpun dan
dimanapun. Sonar.Id dilengkapi dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang dapat memberikan fasilitas
dalam pengembangan 4C (Critical thinking, Communication, Collaboration, Creativity) sehingga dapat menjadi
solusi alternatif dalam pembelajaran pendidikan seksual yang ramah disabilitas dan berkelanjutan.