Membangun Kesadaran dan Keamanan Digital: Studi Kekerasan Berbasis Gender Online pada Siswi di Lombok Timur
Kata Kunci:
KBGO, Keamanan Digital, Patriarki, Siswi, InovasiAbstrak
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) semakin mengkhawatirkan di era digital, terutama di kalangan
pelajar perempuan. Di Lombok Timur, KBGO belum banyak diteliti, meskipun dampaknya signifikan terhadap
kesejahteraan mental dan akademik siswi. Penelitian ini mengeksplorasi bentuk-bentuk KBGO yang dialami
para siswi di Lombok Timur, mengidentifikasi dampaknya, serta menawarkan inovasi dalam upaya pencegahan
dan penanganannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods, yakni gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung
dari responden melalui kuesioner dan wawancara mendalam. Survey melibatkan 175 siswi sekolah menengah
pertama yang berusia antara 12 hingga 15 tahun di lima sekolah yang tersebar di tiga kecamatan di Lombok
Timur, yaitu Sembalun, Wanasaba, dan Terara. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, termasuk buku,
artikel jurnal, laporan penelitian, dan dokumen resmi terkait dengan KBGO dan teori feminis.
Temuan penelitian menunjukkan, 70 siswi (40%) tidak pernah mengalami KBGO; 105 (60%) pernah
mengalaminya, dengan bentuk KBGO tertinggi secara berurutan adalah Cyberflashing (55%), Cyber sexual
harassment (24%), Cyberbullying (11%), dan Doxing (10%). Platform yang paling sering digunakan dalam KBGO
pada siswi di Lombok Timur adalah WhatsApp (69%), Facebook (22%), Tik-Tok (6%), dan Instagram (3%). KBGO
berdampak nyata pada korban, baik secara psikologis, sosial, maupun akademik. Penelitian ini menunjukkan,
bahwa rasa malu dan ketakutan laporan tidak akan dipercaya merupakan dua alasan utama yang menghambat
korban untuk melaporkan KBGO.
Penelitian ini menawarkan beberapa inovasi untuk mencegah KBGO dan meningkatkan keamanan digital bagi
siswi perempuan, yaitu 1) Mengembangkan aplikasi edukasi dan pelaporan anonim untuk KBGO, 2) Integrasi
kurikulum “aman digital” dan “anti KBGO” di sekolah, dan 3) Kampanye sosial dan kesadaran publik melalui
media sosial berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran KBGO.