Suara yang Tak Terdengar dari Pinggiran : Dampak Krisis Iklim terhadap Kekerasan Berbasis Gender dan Upaya Penanggulangan Perempuan di Area Pertambangan
Kata Kunci:
Ketangguhan, Kerentanan, Mata Pencaharian Perempuan, Mekanisme Penanggulangan, Krisis Iklim, Wilayah Pertambangan, Indonesia TimurAbstrak
Seiring dengan meningkatnya perubahan iklim yang secara bersamaan juga meningkatkan kekerasan berbasis
gender termasuk di wilayah pertambangan, terutama yang dihuni oleh masyarakat yang terpinggirkan semakin
terasa. Aktivitas pertambangan tidak hanya merusak ekosistem lokal melalui deforestasi, erosi, dan kontaminasi
air, tetapi juga meningkatkan kerentanan perempuan terhadap efek krisis iklim karena perubahan iklim global yang
berkelindan dengan ketidakadilan peran, akses, dan kotrol perempuan di wilayah pertambangan memperburuk
situasi yang dialami perempuan. Perempuan tidak hanya berhadapan dengan ketidakadilan gender akibat
tatanan patriarki tetapi secara bersamaan menghadapi ancaman ganda yaitu kerusakan lingkungan melalui
perubahan lanskap ruang hidupnya yang berdampak pada sistem ekologi lokal dan krisis iklim. Makalah ini
disusun melalui studi literatur sistemik dan dianalisis dengan menggunakan teori ekologi politik feminis dan
teori feminis pascakolonial untuk mengungkapkan suara dari komunitas terpinggirkan, khususnya perempuan,
yang sering kali terkena dampak perubahan lingkungan secara tidak proporsional. Makalah ini akan menelusuri
tiga hal utama. Pertama, mengidentifikasi bagaimana mata pencaharian perempuan terancam oleh degradasi
lingkungan dan perubahan iklim. Kedua, menunjukan berbagai ketidakadilan gender yang dialami perempuan.
Ketiga, menelusuri strategi serta inovasi yang digunakan perempuan untuk bertahan hidup dan menyesuaikan
diri dengan situasi yang semakin buruk.