Strategi ABCD dalam Pendampingan Psikospiritual untuk Mencegah Kekerasan Pasangan terhadap Mualaf Perempuan di Aceh Tamiang

Authors

  • Rizky Andana Pohan Author
  • Marimbun Marimbun Author
  • Marhaban Marhaban Author
  • Riza Amalia Author

Keywords:

Pemberdayaan Komunitas, Muallaf Perempuan, Feminisme Interseksional, Pengembangan Berbasis Aset

Abstract

Pemberdayaan komunitas yang terpinggirkan, seperti muallaf perempuan, telah menjadi fokus penting dalam
dekade terakhir, terutama dalam konteks transisi agama dan budaya. Meskipun banyak upaya yang telah dilakukan
melalui intervensi berbasis komunitas, muallaf perempuan tetap menghadapi tingkat stres psikologis yang
tinggi dan tantangan sosial yang signifikan. Masih terdapat kesenjangan dalam pemahaman tentang bagaimana
intervensi dapat lebih efektif dalam menangani kompleksitas pengalaman mereka, yang dipengaruhi oleh dinamika
interseksional antara gender, agama, etnisitas, dan status sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode studi
kasus kualitatif yang dilakukan di Persatuan Muallaf Aceh Sejahtera (PMAS) Aceh Tamiang dari April 2022 hingga
Januari 2023. Pendekatan yang digunakan adalah Asset-Based Community Development (ABCD), yang berfokus
pada identifikasi dan pemanfaatan aset-aset komunitas untuk mengatasi masalah yang dihadapi muallaf perempuan.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD), observasi partisipatif, dan
dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa PMAS memainkan peran penting dalam mendukung muallaf
perempuan melalui pembinaan psikospiritual dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Meskipun
demikian, terdapat tantangan signifikan, termasuk keterbatasan ekonomi dan kurangnya partisipasi dari pasangan
laki-laki, yang menghambat efektivitas intervensi. PMAS telah berhasil membangun jaringan dukungan yang
kuat, namun masih membutuhkan penyesuaian program untuk lebih responsif terhadap kebutuhan muallaf
perempuan yang kompleks. Pendekatan berbasis komunitas yang dilakukan oleh PMAS terbukti efektif dalam
menciptakan perubahan positif bagi muallaf perempuan. Namun, untuk mencapai hasil yang lebih berkelanjutan
dan inklusif, intervensi perlu disesuaikan dengan mempertimbangkan kompleksitas identitas interseksional yang
mereka hadapi. Rekomendasi utama meliputi peningkatan keterlibatan pasangan laki-laki, penguatan dukungan
ekonomi melalui kemitraan lokal, dan kolaborasi berkelanjutan dengan pemerintah dan organisasi keagamaan.
Penelitian ini menyarankan bahwa pendekatan interseksional dan berbasis komunitas dapat menjadi model
penting dan berharga untuk program pemberdayaan muallaf di berbagai konteks lain.

References

Published

2025-12-04