Resiliensi Perempuan Korban Pinjaman Online dalam Menghadapi Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Siber Berbasis Gender

Abstract

Artikel ini membahas resiliensi atau kemampuan bertahan perempuan korban pinjaman online (P2P lending)
dari kekerasan berbasis gender (KBG) dan kekerasan siber berbasis gender (KSBG), baik pada aplikasi legal maupun
ilegal. Data statistik P2P lending menunjukkan jumlah pinjaman online perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki (OJK, 2022). Tingginya angka peminjam perempuan di berbagai aplikasi pinjaman online di Indonesia
mencerminkan inklusi keuangan, di mana perempuan yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan kini lebih
mudah mendapatkan pinjaman. Namun, perkembangan ini tidak diiringi perlindungan khusus bagi perempuan,
yang berujung pada berbagai bentuk KBG, termasuk di dunia siber. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara mendalam terhadap lima perempuan korban dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu, studi literatur, laporan kelembagaan, aturan atau kebijakan fintech, diskusi
kelompok dan data kasus dari lembaga bantuan hukum, serta berita media online digunakan untuk mendukung
temuan utama. Analisis dilakukan dengan perspektif feminisme interseksional dan konsep patriarki, viktimisasi
struktural, resiliensi, dan cyber-related crime. Hasil penelitian menunjukkan para perempuan korban mengalami
KBG dan KSBG dari cara penagihan oleh debt collector perusahaan pinjaman online, akibat kurangnya regulasi
yang inklusif terhadap perempuan. Para korban kemudian melakukan resiliensi baik internal maupun eksternal
terhadap kekerasan yang dialami dengan berbagai cara agar tetap dapat menjalankan peran mereka, meskipun
masih mengalami trauma.